Sunday, October 3, 2010

Sadar akan hak kita

Kemaren kami melewati Ex-Bank dimana aku pernah menjadi nasabahnya. Jadi ingat deh peristiwa beberapa minggu yang lalu. Sebenarnya aku sudah mempunyai join account di bank lain, tapi karena untuk keperluan transferan gaji dari tempatku bekerja suamiku menyarankan aku untuk membuka account baru atas namaku sendiri di Ex-Bank itu.

Sebelum bercerita tentang si ex-bank ini, ada yang menarik dari system perbankan disini. Biasanya kalau kita buka buku tabungan biasa di tanah air, kita tidak punya pilihan, maksudnya, disaat kita nabung, selain jumlah tabungan kita bertambah sesuai jumlah yang kita masukkan, kita juga mendapatkan bunga dari bank. Walaupun jumlahnya tidak begitu banyak tapi tetap ada pertambahkan nominal dari tabungan kita. Selain bunga, kita dikenakan biaya administrasi dari bank. Ini system umum dari buku tabungan biasa di tanah air (paling tidak ini yang pernah aku alami dulu kurang tahu juga untuk sekarang systemnya gimana).

Trus, apa bedanya buku tabungan dengan disini? Disini ada dua jenis, namanya saving account dan chequing account. Saving account sama dengan system tabungan di tanah air pada umunya, nah yang chequing account ini yang cukup unik. Di jenis yang kedua ini, jumlah uang kita akan bertambah jika kita sering menabung saja, malah akan berkurang kalau kita kita tidak menabung karena ada biaya administrasi sebesar sekian dollar setiap bulannya. Jumlah ini tergantung masing-masing bank nya. Disini disebut tergantung plan yang ditawarkan oleh bank nya. Ada bank yang memberikan plan yaitu akan mengenakan sejumlah sekian dollar (biasanya $ 2 ) jika kita melakukan transaksi melebihi 10 kali dalam sebulan, Namun kalau kurang dari 10 kali, kita tidak dikenakan biaya sama sekali. Namun ada juga bank yang malah mengenakan $4 dollar dan tetap mengenakan biaya $ 4 tersebut berapapun kita melakukan transaksi dalam pperbulannya. Biaya tersebut akan hilang jika kita memilih plan lain yaitu dengan tetap keep sejumlah uang tertentu (disini $ 4000). Jika kita menyimpan $ 4000 yang tidak diganggu-gugat, maka biaya $ 4 itu tidak ada sama sekali.

Nah kembali ke system chequing account ini, system ini kayaknya bagus untuk kita-kita yang mengharamkan bunga bank. Karena dengan chequing account kita terlepas dari bunga bank yang sangat dilarang dalam Islam. Makanya Suamiku meminta aku untuk membuka tabungan chequing account ini.

Kembali ke cerita si ex-bank tadi. Waktu itu aku berencana untuk transfer uang ke Indonesia. Ini bukan yang pertama kali, biasanya di bank yang sama aku dilayani oleh petugasnya dengan baik. Memang peraturannya kalau kita mentransfer uang, kita harus memperlihatkan ID card kita. Cuma sejak pertama kali ke bank ini aku tidak pernah dimintai. Mungkin karena petugasnya telah mengenali aku. Dan siang itu petugas teller yang biasa melayani aku tidak ada, disana aku dilayani oleh seorang teller wanita. Sejak awal memang sudah terasa lain. Diapun menyapa ku sangat amat basa basi..tapi aku pikir who cares. Lalu dia menanyakan apa keperluanku. Aku jelaskan kalau aku ingin mentransfer uang. Dan kemudian dia dengan nada suara yang ditekan bilang , I need 2 photos ID dan berlanjut For who? Aku jelaskan kalau aku ingin mentransfer uang ke Indonesia. Sekali lagi dia menanyakan, For who? Aku mulai merasa kurang nyaman, karena ini untuk pertama kali aku diberi pertanyaan seperti itu. Lalu si teller juga menanyakan pertanyaan-pertanyaan lain seperti what for, dan for whom? Apa urusannya, kalaupun menanyakan what for sebagai pertanyaan yang katanya bank wajib menanyakannya, tapi 2 pertannyaan sesudah dan sebelumnya bukanlah urusan pihak bank.

Jelas aku dibikin sedikit kaget dengan kebijakan baru dari teller wanita ini. Mana ada aku bawa 2 photo ID saat itu. Passport dan Permanent Resident yang ada photonya aku tinggal dirumah dan Social Insurance Card itu tanpa photo. Kalaupun Health Insurance aku punya photonya, kartu tersebut tidak bisa digunakan sebagai ID card. Mendengar si teller minta 2 photo ID, suamiku yang kebetulan berada dibelakang antrianku langsung menanyakan, Since when you need 2 photos ID? Dan si tellerpun dengan sigap menjawab Since for so long...tiba-tiba suamiku bilang.. Oh Bull Shit!

Sejak itu mulai terasa ketegangan. Aku sedikit bingung dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi, kenapa suamiku tiba-tiba marah. Aku tahu benar suamiku tidak akan bersikap begitu kalau tidak terjadi sesuatu yang salah.

Anehnya si teller meminta kartuku (kartu ATM) dan memasukkannya ke mesin kartu dan meminta aku memasukkan passwordku dimana sebelumnya aku sudah bilang aku tidak punya 2 photos ID dan diapun sudah bilang kalau tidak bisa melakukan transaksi karena itu. Si teller mulai membuka fileku dan melihat tabunganku. Aku pikir dia akan tetap melakukan transaksi namun sekali lagi dia bilang tidak bisa. Ini kesalahan berikutnya yang aku tidak bisa terima dari pihak si teller ini.

Melihat suamiku mulai marah dan tellerpun bersikeras bilang tidak bisa karena tidak ada 2 photo ID, tiba-tiba teller mengatakan, you can talk to my manager. Suamiku lalu bilang, Ok, I wanna talk to your manager. Si manager datang dengan gugup dan suamiku menjelaskan kejadiannya..tentu saja si maneger membela tellernya. Diapun mengatakan dengan gugup, I`m sorry, Sir.. this is regulation. Terjadi adu argumen dan kemudian suamiku bilang, ini sudah harassment. Aku kaget dengan ucapan suamiku cuma saat itu aku masih kebingungan, sampai akhirnya suamiku bilang kalau begitu mari kita ke bank dimana kamu membuka buku tabungan pertama kali, kita ajukan masalah ini ke kepala cabang nya dan kalau perlu kita cancel account mu di bank ini.

Suamiku merangkulku keluar dari bank tersebut sambil mendorong stroller si kecil. Diluar aku menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa tadi suamiku mengatakan harrassment. Suamiku menjelaskan bahwa itu tidak benar, meminta 2 photos ID. Kemudian teller meminta aku membuka account ku disaat dia bilang tidak bisa melakukan transaksi. Teller itu sudah melecehkan aku, kemungkinan besar karena dia melihat aku berjilbab dan dia berfikir bisa seenaknya memperlakukan aku.

Hmm bukan bershuuzon, tapi memang sikap yang diperlihatkan si teller dari awal sangatlah tidak nyaman, dan apa yang diperlakukannya terhadapku saat itu tidaklah pantas dan semestinya dilakukan oleh pihak bank.

Kemudian kitapun pergi ke Cabang dimana aku membuka account pertama kalinya. Disana kami dilayani langsung oleh kepala cabangnya. Kami menceritakan apa yang terjadi secara rinci tanpa ada hal yang ditambah atau dikurangi. Kepala cabang mendengarkan dengan seksama, dan dia bilang memang ID diminta cuma bukan photo ID dan bukan 2 buah. Namun kepala cabang juga membela kalau pihak bank memang berhak menanyakan untuk keperluan apa uang tersebut ditansfer tapi bukan pertanyaan for whom. Kepala cabang tersebut akhirnya meminta maaf karena masalah ini, akan menanyakan kejadian ini pada kepala cabang dimana kami bermasalah dengan tellernya dan menawarkan bantuan kalau kami masih mau mentransfer, maka dia sendiri yang akan melakukannya untuk kami. Tapi karena aku sudah merasa kurang nyaman lagi, akhirnya aku putuskan untuk meng-cancel account ku di bank tersebut. Selain kurang nyaman lagi dengan bank tersebut, aku ingin memberikan pelajaran pada teller yang bersangkutan untuk lebih berhati-hati lagi dalam menjalankan tugasnya dan untuk lebih menghormati siapapun customer yang dilayaninya tanpa menyinggung SARA nya. Semoga dengan sikap ku ini ada sanksi khusus yang diberikan oleh pihak management bank. Ini biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan disini karena mereka sangat memperhatikan customernya.

Sebagai perbandingan, pernah suamiku complaint pada sebuah toko pharmasi karena seorang pelayan tokonya menolak untuk membuat obat yang diminta suamiku dari resep dokternya dengan alasan dia sibuk dan banyak obat yang mesti dibuatnya saat itu. Dia meminta suamiku untuk pergi ketempat pharmasi yang lainnya. Kemudian suamiku melaporkan kejadian tersebut ke pihak managemet toko melalui email. Sehari setelah pelaporan, Manager dari toko pharmasi tersebut menelpon ke rumah, tapi karena saat itu kami tidak ada dirumah, si manager meninggalkan pesan dan meminta kita menelpon dia kalau ada waktu. Dua kali si manager toko menelpon terkait laporan dari suamiku dan dia meminta maaf atas keteledoran karyawannya.

Akhirnya aku keluar dari bank tersebut dengan perasaan lega. Ada hal yang sangat berharga aku pelajari dari kejadian ini bahwasanya kita jangan takut mempertahankan hak kita kalau kita benar.

Dan bahwasanya disinipun di negara yang maju dan katanya sangat demokrasi dan membela HAM, namanya diskriminasipun masih ada walaupun terselubung dan tugas kitalah untuk membela diri jika itu terjadi pada diri kita.