Friday, January 1, 2010

Maka Nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan



Sekarang ini usia anakku hampir memasuki 2 bulan. Badanpun masih bengkak, selain cairan epiduralnya masih banyak didalam tubuh-terutama kaki- ditambah berat badan yang melambung tinggi semasa kehamilan. Memang rasa sakit sudah mulai perlahan hilang. Beruntung sekali di jam-jam terakhir aku putuskan untuk menggunakan epidural. Kalau tidak, entahlah..

Memang dari pertama kehamilan, aku ingin sekali bisa melahirkan secara normal. Ingin merasakan bagaimana seorang ibu "sesungguhnya". Bukan bermaksud sombong, namun katanya proses normal lebih ringan kalau dibandingkan Caesar.

Setiap bulannya, aku rutin memeriksakan kehamilanku ke dokter kandunganku. Proses mulai test kehamilan sampai melahirkan ini sangatlah menarik bagiku, Tentu saja, karena ini untuk pertama kali dalam hidupku, dan juga pertama kali mengalami kehamilan di negeri orang. Setiap proses terlihat sangat terorganisir.

Waktu pertama kali melakukan urine test, menunjukkan positif, aku segera memeriksakan diri ke dokter keluarga yang tidak jauh dari rumah. Mereka mengambil sample darah ku. Setelah besoknya aku mesti kembali kesana untuk melihat hasilnya..Wow..alhamdulillah katanya usia kandungan ku sudah 2 minggu. Mereka membuatkan aku appointment untuk ultrasound setelah usia kandunganku mencapai 6 minggu. Pada saat itulah aku bisa melihat detak jantung sang bayi yang berdetak dengan teratur. Masih aneh rasanya..antara percaya atau tidak..antara ada atau tidak..entahlah..semua masih terasa aneh bagiku. Kemudian hasil itu dikirimkan ke dokter keluarga ku, dan kemudian dokter keluarga ku ini nantinya merekomendasikan aku ke seorang dokter kandungan untuk nantinya dokter ini yang akan memeriksa dan memantau kehamilanku setiap bulannya. Sesuai dengan pesananku, aku mendapatkan dokter kandungan perempuan.

Dokter kandungan ini setiap bulannya akan mengukur pertambahan berat badan, mendengar detak jantung si bayi, melihat posisi si bayi dan menjawab semua keluhan-keluhan apa yang aku rasakan selama kehamilan. Diusia kehamilan 3,5 bulan, aku menjalani USG kembali untuk melihat perkembangan si bayi. Hasilnya tidak bisa diketahui langsung dari petugas. Mereka bilang nanti akan diberikan ke dokter dan bisa menanyakannya langsung ke dokter kita. Sungguh aneh rasanya, tapi kemudian aku membaca plank di dinding pemeriksaan, disitu ditertulis bahwa kalau Melanggar Hukum jika petugas menyampaikan hasil USG kepada pasien, hasil hanya boleh dibacakan oleh dokter yang bersangkutan.. Begitu juga saat usia kandungan 4 bulan, kami ingin tahu jenis kelamin si bayi, lagi-lagi mereka tidak mau mengatakannya waktu kita tanya..katanya, nanti dokter anda akan menyampaikannya.....Waahh mereka benar-benar menjalankan hukum mereka dengan baik.

Begitulah, setiap bulannya berjalan dengan lancar. Pada saat yang sama akupun diterima bekerja disebuah perusahaan. Aku pikir, kenapa tidak dicoba saja, selain ini pengalaman pertama bekerja di negeri orang, akupun bisa mendapatkan employment insurance maternity leave jika aku cuti hamil nanti. Kebijakan disini, kita diberi jatah maternity leave itu selama satu tahun dan kemudian kita bisa kembali bekerja seperti biasanya. Jadi hari-hari dengan kesibukan bekerja membuat aku tertolong dari masa-masa morning-sick. Aku sama sekali tidak merasakan mual, capek ataupun keluhan-keluhan lain namun itu semua terasa kalau aku sedang tidak bekerja.....hmmm bayinya sangat pengertian sekali :)

Ternyata bekerja di luar negeri jauh sekali berbeda dengan bekerja waktu di Indonesia dulu. Disini, atasan sangatlah menghargai kita. tidak hanya atasan, owner-pun memperlakukan kita benar-benar sebagai seorang professional dan partner. Tida ada satu tingkahpun yang melecehkan atau ingin minta dihormati sebagai seorang Majikan. Semua sama, malah kalau kita-kita para pekerja merasa dilecehkan oleh owner, atau sesama pekerja lainnya, kita bisa melaporkannya ke Dinas Pekerja atau bahkan kita bisa me-sue mereka...

Tidak terasa, bulan terakhir telah mendekati, akupun telah bersiap-siap untuk ambil cuti. Sebelumnya teman-temanku di tempat kerjaan mengadakan "baby Shower" untuk merayakan 8 bulanan kehamilanku. Ini merupakan pesta buat ibu yang sedang hamil yang sering diadakan oleh warga sini. Biasanya hanya dihadiri oleh para wanita, jadi tidak ada kaum prianya. Si ibu akan dibuatkan pesta oleh teman-temannya dengan memandikannya hadiah-hadiah untuk si ibu dan calon bayi. Mungkin kalau di Indonesia pesta seperti ini disebut nujuh bulanan...cuma bedanya disini tidak ada siramannya.

Semenjak dari pertama kali memeriksakan diri di dokter kandungan, Aku telah diberikan sebuah buku panduan. Dalam buku ini banyak sekali diberikan tips-tips, mulai dari pertama kehamilan, sampai proses melahirkan nanti. Apa yang mesti dipersiapkan, baik secara mental ataupun persiapan-persiapan lainnya. Apa yang mesti dibawa dan disediakan waktu ke rumah sakit dan pulangnya, atau apa yang mesti dipersiapkan setelah pasca melahirkan. Begitu juga beberapa pertanyaan yang nanti mesti kita beri jawabannya dan kita berikan kepada pihak rumah sakit. Ada beberapa pertanyaan yang berkesan bagiku seperti: Apakah kamu kuat menahan sakit? Bagaimana caranya kamu menahan sakit, Makanan apa yang kamu inginkan selama dirumah sakit (tentu saja disini aku tulis makanan yang halal). Apakah kamu mengenal epidural?

Di dalam buku ini juga ada pendaftaran yang telah mereka isi, registrasi ini nantinya kita serahkan ke rumah sakit yang ditunjuk pada saat usia kandunganku 6 bulan. Nanti rumah sakit akan mempersiapkan segalanya, mulai dari kamar melahirkan, para dokter dan perawat sampai kamar pasca melahirkan...dan semua itu ditanggung pemerintah. Benar, semenjak aku menginjakkan kaki disini, aku dilengkapi dengan OHIP yaitu kartu kesehatan, dengan kartu ini kita berobat dan konsultasi ke dokter secara gratis. Pelayanan ini merupakan salah satu dari hasil pajak yang kita bayar pada pemerintah.

Semua sudah disiapkan, crib, stroller dan keperluan bayi lainnya. Katanya jangan membeli terlalu banyak baju-baju bayi, karena bayi akan berkembang cepat dan sayang nantinya malah tidak terpakai karena kekecilan..Ini salah satu tips yang diberikan oleh perawat rumah sakit waktu menerima kami mendaftar di rumah sakit. Jadinya kami tidak membeli baju-baju terlalu banyak, belakangan ternyata tips ini benar adanya, Bayi ku tumbuh dengan cepatnya.

Akupun mengikuti kelas breastfeeding yang diadakan oleh pihak rumah sakit. Kelas ini lagi-lagi tentunya gratis. Para ibu hamil diundang dan dikumpulkan dalam suatu kelas. Dikenalkan apa itu breastfeeding dan manfaatnya, bagaimana cara memberikannya pada bayi yang benar, apa yang tidak baik dilakukan pada saat melakukan breastfeeding dan posisi-posisi yang dibenarkan dalam melakukannya. Dikelas tersebut tidak hanya si ibu tapi juga hadir para bapak-bapaknya. Sebenarnya ada beberapa kelas lain yang ditawarkan bagi para ibu dan bapak muda yang ingin menambah wawasannya dalam menyambut sang bayi. Tapi kelas -kelas ini kita mesti bayar karena tidak di cover oleh OHIP. Cuma waktu aku tanyakan ke perawat yang menyambut kedatangan kami, apa kami perlu menghadirinya, perawat tersebut merekomendasikan kelas breastfeeding saja yang kami hadiri karena itu lebih penting. Tapi kalau kami ingin mengikuti kelas yang dibayar itu juga tidak apa-apa, terserah kami. Terlihat sekali mereka tidak ambil untung disini. Sangat beda sekali dengan di tanah air, kalau bisa mendapatkan uang, bagaimanapun cara pasti dilakukan.

Rumah sakit juga akan memantau si ibu pasca melahirkan. Mereka akan menelpon dan menanyakan perkembangan si bayi dan si ibu sendiri. Dari pemerintahpun disediakan jasa perawat jika dibutuhkan. Perawat akan mendatangi rumah dan membantu si ibu dalam mengurus bayinya jika mengalami kesulitan.

Pada hari yang telah diprediksi oleh dokter kapan aku melahirpun datang, semenjak pagi aku mengalami sedikit pendarahan, cuma aku tidak merasakan mules-mules melahirkan. Pihak rumah sakit meminta kami untuk datang. Setelah salah seorang tim dokter memeriksa, ternyata memang sudah pembukaan 2, kami diminta pulang kembali, lihat kondisi, kalau sampai jam 6 sore tidak ada tanda-tanda melahirkan maka kami diminta datang. Namun kalau sebelum jam 6 terjadi mules-mules atau kontraksi yang hebat dan atau pendarahan segera bawa kerumah sakit.

Terus, apa kita boleh menelpon 911 jika tiba-tiba benar-benar sudah ingin melahirkan? Ternyata untuk proses melahirkan yang dilihat bisa ditangani dalam arti kata tidak ada accident yang membahayakan bagi ibu dan calon bayi, tidak dibolehkan untuk menelpon 911. 911 hanya diperbolehkan untuk kasus-kasus yang sangat membahayakan. Kalau kita tetap menelpon, selain akan dimarahi petukan 911 kita juga nantinya akan di charge $400..wow!!

Benar saja, sampai jam 6 sore aku tidak merasakan kontraksi sedikitpun. Akhirnya kita berangkat ke rumah sakit. Di rumah sakit, para petugas telah menunggu kami, ada beberapa perempuan hamil lainnya yang juga akan menjalani proses melahirkan malam itu.

Aku dan suamiku dibawa ke sebuah kamar..waktu melewati lorong-lorong rumah sakit yang tenang dan bersih, tidak ada rasa kekhawatiran sedikitpun. Sebelumnya aku selalu khawatir dan selalu ingat kematian. Entahlah, malam itu terasa begitu tenang.

Semua kamar yang luas dan bersih telah menunggu ku. Kamar itu berukuran 10x10 meter dengan fasilitas lengkap plus kamar mandi.

Aku mencoba berbaring di tempat tidur, suamiku mulai menghidupkan kamera dan video mengabadikan detik-detik yang berharga ini. Tiga puluh menit kemudian, 2 perawat mendatangiku, memasang infus, pengukur detak jantung dan tensi serta selang lainnya. Perawat memberikan beberapa pengarahan dan meminta aku untuk relax dan kalau ada apa-apa beritahu mereka dan mereka akan segera membantu. Seperti biasa, pertanyaan terakhir dari mereka; "Any Question?"

hmm... sepertinya aku masih membawa mentality takut bertanya, tapi tiba-tiba mengingat ini persoalan hidup dan mati aku beranikan bertanya. Aku menanyak sebuah selang lainya karena aku melihat ada dua selang dengan 2 tabung cair. Perawat itu menjawab kalau selang yang satu adalah infus dan yang satu nya adalah selang untuk memasukkan cairan yang bisa membuat aku merasakan mules-mules kontraksi atau istilah kedokterannya selang induksi.

Proses induksi ini aku butuhkan karena sampai sekarang aku masih belum merasakan kontraksi sedangkan aku sudah mengalami pendarahan.

Setiap menit mereka men-cek aku, dan selalu bertanya, apa yang aku rasakan, apakah mulai terasa sakit. Dalam pikiranku selalu terbayang kalau semua akan baik-baik saja dan tidak akan mengalami proses sakit yang luar biasa.

Ternyata bayanganku tidak semuanya benar. Empat jam pertama masih aman-aman saja, Benar semua baik-baik saja, tapi empat jam kemudian, induksi ini membuat aku merasakan sakit yang amat luar biasa. Aku pikir ini masih normal..seorang dokterpun bertanya dan memastikan kalau aku akan memasang epidural. Aku dengan percaya dirinya mengatakan kalau aku tidak akan memasang epidural. (Masih ingat olehku seorang customer di tempat kerjaanku mengatakan bahwa karena menggunakan epidural punggungnya menjadi sakit sampai sekarang). Itulah alasan kenapa aku tidak mau memasang epidural.

Kemudian setiap jamnya mereka menambahkan cairan induksi, tentu saja sakitnya terus bertambah dan bertambah. Sampai akhirnya jam 2 pagi aku sudah tidak kuat lagi, ucapan La Illaha Illallah selalu kuteriakkan untuk mengurangi rasa sakit... entahlah apa mereka memahami ucapanku, aku tidak peduli, yang aku rasakan hanya kemurahan Allah SWT untuk menolongku saat ini. Pada saat itu juga terbayang dosa-dosaku, terbayang ibuku yang 6 kali mengalami apa yang aku alami ini, dan terbayang kematian. Dalam setiap helaan nafas menahan sakit ini, aku hanya berdoa..ya Allah jika aku meninggal, meninggalkan aku dalam keadaan khusnul khatimah dan selamatkan lah anakku. Selain itu aku juga mengatakan pada Allah, kalau seandainya aku baik-baik saja setelahnya, aku ingin sekali menjadi manusia yang baik dan menghentikan dosa-dosa yang tidak Allah kehendaki... ooohh manusia, benar sekali yang dikatakan dalam Al-quran itu bahwasanya mereka akan mengingat Tuhannya jikalau menghadapi masalah.

Dokter bilang ini sudah pembukaan 7, itu sekitar jam 2:30 pagi. Namun masih belum bisa dipastikan sampai kapan bayi akan keluar. Didetik itulah akhirnya aku tidak kuat dan memutuskan untuk menggunakan epidural. Mendengar itu, si perawat memastikan lagi keinginanku itu dan kemudian dia menghubungi dokter Anestassia untuk melakukan proses epidural tersebut.

Aku disuruh duduk dipinggir tempat tidur, dengan kaki menjuntai. Badanku diluruskan dengan punggung tegak lurus. Perawat didepanku berusaha menahan tubuhku untuk mempertahankan posisi tegak. Aku mesti akui bahwa mereka sangat profesional dan sangat ramah sekali. Dokter tadi mulai memasukkan jarum ke punggungku dimana jarum ini nanti akan melobangi pungguku untuk kemudian dimasukkan selang kecil kedalamnya. Dokter ini sambil bekerja dia menjelaskan apa itu epidural, efeknya dan apa yang sedang dilakukannya padaku.

Karena aku masih dalam rasa sakit yang luar biasa, jadinya aku tidak begitu perhatian lagi dengan apa yang dijelaskan dokter. Dokterpun akhirnya membaringkan tubuhku. Sungguh aku tidak merasakan apapun, semuanya sudah selesai.

Sekarang dokter akan memasukkan cairan ke selang tersebut. Pada saat itu aku mulai merasakan cairan dingin menjalar di punggung ku, terus ke pinggul dan kaki.

Setiap saat dokter bertanya apa yang aku rasakan, dan apa masih merasakan sakit. Aku bilang ya, aku masih merasakan sakit, dan dokter terus menambahkan cairan itu. Kemudian aku mulai merasakan kedua kaki numb namun rasa sakit masih terasa, sampai akhirnya dokter bilang bahwasaanya dia sudah tidak bisa lagi menambahkan cairan karena ini sudah sampai batas yang boleh dia lakukan. Takutnya kalau dia menambahkan lagi bisa-bisa seluruh tubuhku akan menjadi kaku.

Aku memahami itu, dan dokter begitu terlihat serba salah karena aku masih merasa kesakitan. Sampai aku bilang, It's OK docter, I understand.

Sekitar jam 4 pagi aku mulai merasakan sakit yang berkurang...cuma sesekali tapi aku masih bisa bertahan..sepertinya cairan ini bekerja dengan baik. Dokterpun mulai lega dan mulai berani meninggalkanku. Sekarang tinggal aku dan perawat serta 2 orang dokter yang setiap saat bolak balik ke kamarku.

Lalu suamiku kemana? Semenjak aku pembukaan 7 itu, darah mulai banyak keluar..suami begitu kebingungan dan dengan wajah sedih dia ingin sekali menggantikan posisi sakit yang aku rasakan. Namun pada saat dia melihat darah yang banyak itu, suamiku langsung pusing, pucat dan mau pingsan. Ya, suamiku tidak tahan melihat darah dan jarum suntik. Perawat meminta suamiku untuk keluar dan menenangkan diri.

Dari jam 4 itulah perawat membimbingku untuk mulai mendorong bayi untuk keluar. Dengan sabar dia membimbingku. Cukup lama sampai akhirnya dokter utama datang sekitar jam 6 pagi dan dia bilang kalau sudah tidak ada waktu lagi, bayi harus segera dikeluarkan, kalau tidak, kasian bayinya juga yang telah keletihan dari tadi dengan proses induksi. Dokter ini begitu sigap dan cekatan. Dia meminta aku mengikuti instruksinya, namun bayiku belum mau juga keluar. Dokter minta ijinku untuk mem-vacuum sang bayi, dia memastikan kalau ini tidak akan merusak kepala bayi. Atas persetujuanku, benar, cuma sekali vacuum, sang bayi keluar. Alhamdulillah bayiku lahir kedunia tepat pukul 6:30 pagi.

Aku bahagia sekali. Aku liat seorang perawat bayi sudah dengan sigap membersihkan bayiku. diujung ruangan sana. Kulihat juga suamiku disamping sang perawat memperhatikan bayi kami. Setelah semuanya selesai, bayikupun sudah dibersihkan, suamiku membacakan Qamat ditelinganya.

Fabiaiyialairabikumatukaziban... then which of the blessings of your Lord will you both (jinns and men) deny...





No comments: