Monday, November 3, 2008

Setiap orang adalah "duta"bagi diri, negara dan agamanya

Hari ini kelas penuh tidak seperti biasanya. Ya, sejak cuaca mulai berganti dingin, teman2 satu demi satu mulai berguguran. Ada yg kena flue, cold, anaknya yg sakit, suami yg sakit, atau urusan pribadi lainnya. Untuk-ku pribadi alasan utama adalah malas keluar rumah karena cuaca dingin berkisar -4 s/d 7 Celcius. Ingin rasanya untuk tetap dirumah ditemani secangkir teh panas hmmm…Tapi untuk tidak menghadiri kelas hari ini rasanya rugi juga, karena pembahasannya sangat menarik, mengenai pemakaian "Modal" untuk Obligation khususnya dalam Rules (peraturan-peraturan).


Akhirnya kulangkahkan juga kaki menuju sekolah yg tidak begitu jauh dari rumah, kira-kira 25 minutes dengan berjalan kaki atau 5 minutes dengan kendaraan.


Pelajaran sudah dimulai dari lima minutes yg lalu. Aku telat sampai di kelas. Ku ketuk pintu kelas pelan dan membukanya. Dengan anggukan kecil dan ucapan permisi, aku menuju bangku-ku dan beberapa detik kemudian aku tenggelam dengan materi yg diberikan oleh guruku. Kelas terus berjalan hingga waktu istirahat siang. Seperti biasanya, pada waktu 'lunch' ada yg menyantap bekal yg dibawa masing-masing di dalam kelas dan ada jg yg menuju 'lunch room'. Tidak sedikit jg siswa yg menghabiskan waktu istirahat siangnya di ruangan komputer. Aku memilih di dalam kelas dengan 2 orang teman dari China.


Tiba-tiba salah seorang teman dari China ini bertanya padaku, dengan muka yg tegang dan suara yg bergetar. "Why do the people in your country hate Chinese ?" Pertanyaannya terus terang mengejutkan-ku dan menghentikan makan siangku. Dengan menarik nafas dalam, ku geser duduk-ku dan ku ajukan pertanyaan balik " Sorry, why did you ask me that Question?" teman-ku ini langsung menjawab..." I read on Internet, in 1998, there were alot of Chinese killed, why did your people do that?"


Oh, kenapa dia menanyakan masalah ini? Terus terang aku sempat blank sesaat, bukan hanya bingung bagaimana menjawabnya tapi juga karena aku kaget dgn pertanyaan yg begitu tiba2 dan bersifat "menyerang". Sebenarnya aku bisa saja mengajukan masalah ini ke sekolah dengan tuntutan “Races” dan teman-ku ini bisa dikeluarkan dari sekolah tapi ada tuntutan didalam hati untuk 'membela' negara sendiri. Dengan tenang aku jelaskan keadaan indonesia saat itu dan bagaimana suasana politik yg "panas” dikarena rezim kekuasaan dan ekonomi yg buruk. Terus terang aku bukan pakar dlm bidang politik karenanya aku pilih bahasa yg sederhana. Aku jelaskan bahwa itu tidak benar. banyak berita-berita yang dibuat untuk memperkeruh keadaan sehingga tercipta citra kurang baik tentang Indonesia yg tentu saja amat sangat berpengaruh pada politik, ekonomi dan juga keamanaan Indonesia saat itu.


Aku lihat wajah teman dari China ini ketegangannya mulai berkurang, sepertinya dia mulai memahami. Lalu ku ajukan pertanyaan " Did you ever come to Indonesia before?" dia menjawab belum pernah sama sekali. Terus aku ajukan lagi sebuah pertanyaan, "Do you have any relative or friend who live in Indonesia? lagi2 dijawab tidak. Lalu temanku ini menambahkan bahwa dia begitu takut membaca berita tentang pembunuhan besar2an di Indonesia terhadap warga keturunan china di Indonesia tahun 1998.



Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering muncul dari teman-teman-ku disini yang mereka hanya baca dari internet atau liat di CNN atau televisi lokal. Kadang berita tersebut berkesan propaganda. Terlebih lagi kalau mereka sudah mengait-kaitkan dengan muslim dan teroris.


Cukup sulit untuk jadi 'duta' bagi negara sendiri jika arus informasi negatif datang begitu besar. Disatu sisi tidak ingin citra negatif itu ada tapi disisi lain, citra itu terus tumbuh subur bagai pohon yang dipupuk dan dirawat dengan telaten.


Apakah mungkin kita salah menanam pohon ataukah salah memberi pupuk?


Dan sore ini sebelum pelajaran usai, salah seorang teman bertanya padaku, "Why did you wear scarf (hijab)?” “Did you family push you?” Aku bisa paham kenapa pertanyaan itu timbul, karena November 2007 disini seorang bapak (keturunan Pakistan) membunuh anak gadisnya yang berusia 16 tahun karena menolak untuk menggunakan hijab.


Berita ini jelas sangat menggegerkan dan itu membuat pandangan masyarakat barat terhadap islam buruk (baca bertambah buruk).


Aku coba untuk menjawab dengan menjelaskan kalau islam tidak ada paksaan dalam beragama, Setiap pemeluknya diberikan kebebasan untuk memilih. Dan memakai hijab adalah pilihan-ku. Mendengar alasan-ku itu, seorang teman menimpali, “Yeah, that’s good when the woman has a choice but it’s completely different in Iran. They push women to do something that women don’t want to do it.” Teman dari Iran membenarkan. Mereka mengatakan Hijab merupakan Official Dress di Iran. Setiap wanita wajib memakainya. Mereka harus mendapatkan ijin tertulis dari orang tua atau suami jika berpergian keluar rumah khususnya ke luar negri jika berlibur. Dan begitu banyak lagi peraturan-peraturan yang membuat mereka akhirnya memilih ‘hengkang’ dari negara mereka sendiri dan memilih untuk hidup diluar negri.

Baru-baru ini Sheikh Muhammad al-Habadan, Imam Saudi Arabia dalam pidato Live nya di satellite channel al-Majd yg di siarkan lagi oleh berbagai saluran televisi seperti BBC news. BBC news memuat berita itu dengan statement; A Muslim cleric in Saudi Arabia has called on women to wear a full veil, or niqab, that reveals only one eye. Sheikh Muhammad al-Habadan said showing both eyes encouraged women to use eye make-up to look seductive.

Jelas berita-berita ini menjadi bahan olok-olokan untuk menyerang islam. Yang pengaruhnya tidak hanya dirasakan bagi warga muslim yang ada di negara non muslim tapi juga muslim secara keseluruhan.

Sore ini begitu melelahkan tapi satu pelajaran yang aku dapat adalah setiap orang adalah “duta”. Apapun yang dilakukan atau dikatakan akan berdampak besar tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi, negara dan agamanya. Sayangnya kita sering lupa akan hal itu.











No comments: